GAJAH SUMATRA
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjVG9TCIMRh51MGQyMUWKpm0-1qZEejOV8Uss9rOAU_ORWQw9P33Z3R3MSEbaIix6FOfEkGBCF8ykUZcOuAv4XaZ6vIYaX931S3_r790donVbqSi6On4PWQkW9RvZLgzcOxT5cI8SRbIn0/s400/index.jpg)
Gajah
Sumatra (Elephas Maximus Sumatrensis) adalah salah satu dari sub spesies gajah
Asia yang memiliki habitat di Pulau Sumatera serta menjadi mamalia terbesar di
Indonesia. Seluruh sub spesies gajah Asia merupakan Satwa Terancam Punah
(Critically Endangered) sejak tahun 1986 yang tercatat dalam daftar merah
Lembaga Konservasi Dunia (IUCN-RedList). Gajah Sumatera menghadapi ancaman
serius berpa kegiatan deforestasi hutan, pembalakan liar, penyusutan dan
fragmentasi habitat, perburuan gading gajah, maupun pembunuhan akibat konflik
gajah-manusia. Percepatan konversi hutan menjadi perkebunan dan tanaman
komersial mengancam kelangsungan hidup populasi gajah sumatra dalam jangka
panjang. Saat ini populasi gajah sumatera berkisar antara 2.400 - 2.800 ekor
yang tersebar di beberapa kantong populasi. Sama seperti Harimau Sumatra
(Panthera tigris sumatrae) yang juga terancam punah, kedua sedang diupayakan
konserasi alam habitat dan kelangsungan hidupnya di Taman Nasional Tesso Nilo
Riau (TNTN-Riau).
Hewan yang
berjenis jantan dapat mencapai tinggi 1,7-2,6 meter dengan berat 4-6 ton serta
memiliki gading gajah sumatra jantan yang lebih pendek dari spesies gajah Asia
lainnya terutama Gajah India yang memiliki postur tubuh yang besar. Sedangkan
gajah Sumatra betina memiliki gading yang sangat pendek dan tersembungi di
balik bibir atasnya. Gajah Sumatra (Elephas Maximus Sumatrenus) biasa berjalan
menjelajah sejauh 20 km per hari untuk mencari makan berupa daun-daun. Dalam
sehari gajah butuh 150kg daun-daunan dan 180 liter air minum. Herbivora raksasa
ini dapat berumur sampai 70 tahun di alam liar dan sangat cerdas karena
memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Telinga
yang cukup besar membantu gajah mendengar dengan baik dan membantu mengurangi
panas tubuh seperti darah panas dingin ketika mengalir di bawah permukaan
telinga. Belalainya digunakan untuk mendapatkan makanan dan air, dan memiliki
tambahan dapat memegang (menggenggam) di ujungnya yang digunakan seperti jari
untuk meraup.
·
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan :
Animalia
Filum :
Chordata
Kelas :
Mammalia
Ordo :
Proboscidea
Famili :
Elephantidae
Genus :
Elephas
Spesies : E.
maximus
Upaspesies :
E. m. sumatranus
Nama
trinomial : Elephas maximus sumatranus (Temminck, 1847)
I. Habitat
Gajah Gajah Sumatera
Gajah banyak
melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih
dari satu tipe habitat hutan.
a. Hutan
rawa
Tipe hutan
ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer, atau hutan rawa
sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C.
Macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.(photo hutan rawa)
b. Hutan
rawa gambut
Jenis-jenis
vegetasi pada tipe hutan ini antara lain: Gonystilus bancanus, Dyera costulata,
Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp.
c. Hutan
dataran rendah
Yaitu tipe
hutan yang berada pada ketinggian 0-750 m di atas permukaan air laut. Jenis-jenis
vegetasi yang dominan adalah jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae. (photo
hutan dataran rendah)
d. Hutan
hujan pegunungan rendah
Yaitu tipe
hutan yang berada pada ketinggian 750-1.500 m di atas permukaan air laut.
Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah Altingia excelsa, Dipterocarpus spp.,
Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp.
II.
Persyaratan Hidup di Alam
a. Naungan
Gajah
Sumatera termasuk binatang berdarah panas sehingga jika kondisi cuaca panas
mereka akan bergerak mencari naungan (thermal cover) untuk menstabilkan suhu
tubuhnya agar sesuai dengan lingkungannya. Tempat yang sering dipakai sebagai
naungan dan istirahat pada siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat . photo:
gajah bernaung
b. Makanan
Gajah
Sumatera termasuk satwa herbivora sehingga membutuhkan ketersediaan makanan
hijauan yang cukup di habitatnya. Gajah juga membutuhkan habitat yang
bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral
kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Karena pencernaannya yang
kurang sempurna, ia membutuhkan makanan yang sangat banyak, yaitu 200-300 kg
biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat
badannya.
c. Air
Gajah
termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari
biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah
Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber-sumber
air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100
cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan
belalainya.
d. Garam
mineral
Gajah juga
membutuhkan garam-garam mineral, antara lain : calcium, magnesium, dan kalium.
Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung
garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya,
dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan.
e. Ruang
atau wilayah jelajah (home range)
Gajah
merupakan mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga
membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas.Ukuran wilayah jelajah gajah Asia
bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di
hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan
wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.
f. Keamanan
dan kenyamanan
Gajah juga
membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin (breeding) tidak
terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan baik. Gajah termasuk
satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian. Oleh karena itu, penebangan
hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPHA diperkirakan telah mengganggu
keamanan dan kenyamanan gajah karena aktivitas pengusahaan dengan intensitas
yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat di dalamnya.
III.
Perilaku Gajah Sumatra
A. Perilaku
sosial
1. Hidup
berkelompok
Di habitat
alamnya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini
merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi
anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi
tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan
luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu kelompok gajah Sumatera
berkisar 20-35 ekor, atau berkisar 3-23 ekor.
Setiap
kelompok gajah Sumatera dipimpin oleh induk betina yang paling besar, sementara
yang jantan dewasa hanya tinggal pada periode tertentu untuk kawin dengan
beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang sudah tua akan hidup
menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya. Gajah jantan muda dan
sudah beranjak dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka
rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain. Sementara itu, gajah betina
muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi pengasuh pada
kelompok "taman kanak-kanak" atau kindergartens.
2.
Menjelajah
Secara alami
gajah sumatera melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur
tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa
mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan
di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di
hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia di medan yang
sama. Gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan
menggunakan belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.
Selama
menjelajah, kawanan gajah melakukan komunikasi untuk menjaga keutuhan
kelompoknya. Gajah berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan
dari getaran pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga
berkomunikasi melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km.
Penemuan ini telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang
mencari makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain.
3. Kawin
Gajah tidak
mempunyai musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin sepanjang tahun,
namun biasanya frekwensinya mencapai puncak bersamaan dengan masa puncak musim
hujan di daerah tersebut. Gajah sumatera jantan sering berperilaku mengamuk
atau kegilaan yang sering disebut "musht" dengan tanda adanya sekresi
kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna
hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4
minggu. Perilaku ini sering dihubungkan dengan musim birahi, walaupun belum ada
bukti penunjang yang kuat.
B. Perilaku
individu Gajah Sumatra
1. Makan
Gajah
merupakan mamalia terrestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari.
Namun, sebagian besar dari mereka aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam
setelah fajar untuk mencari makan. Hal ini sependapat bahwa, gajah sering
mencari makan sambil berjalan di malam hari selama 16-18 jam setiap hari. la
bukan satwa yang hemat terhadap pakan sehingga cenderung meninggalkan banyak
sisa makanan bila masih terdapat makanan yang lebih baik.
2. Minum
Pada waktu
berendam di sungai, gajah minum dengan mulutnya. Sementara, pada waktu di
sungai yang dangkal atau di rawa gajah menghisap dengan belalainya. Gajah mampu
menghisap mencapai 9 liter air dalam satu kali isap.
3. Berkubang
Gajah sering
berkubang di lumpur pada waktu siang atau sore hari di saat sambil mencari
minum. Perilaku berkubang juga penting untuk melindungi kulit gajah dari
gigitan serangga ektoparasit, selain untuk mendinginkan tubuhnya.
4. Menggaram
(salt lick)
Gajah
mencari garam dengan menjilat-jilat benda dan apapun yang mengandung garam
dengan belalainya. Gajah juga sering melukai bagian tubuhnya agar dapat
menyikat darahnya yang mengandung garam.
5.
Beristirahat
Gajah tidur
dua kali sehari, yaitu pada tengah malam dan siang hari. Pada malam hari, gajah
sering tidur dengan merebahkan diri kesamping tubuhnya, memakai
"bantal" terbuat dari tumpukan rumput dan kalau sudah sangat lelah
terdengar pula bunyi dengkur yang keras. Sementara itu, pada siang hari gajah
tidur sambil berdiri di bawah pohon yang rindang. Perbedaan perilaku ini,
mungkin berkaitan dengan kondisi keamanan lingkungan. Apabila kondisinya kurang
aman maka gajah akan memilih tidur sambil berdiri, untuk menyiapkan diri jika
terjadi gangguan.
IV.
Reproduksi Gajah Sumatra
Di dalam
pemeliharaan, gajah dapat mencapai umur 70 tahun , dan selama hidupnya gajah
jantan tidak terikat pada satu ekor betina pasangannya. Gajah betina siap
bereproduksi setelah berumur 8-10 tahun, sementara gajah jantan setelah berumur
12-15 tahun. Gajah betina mempunyai masa reproduksi 4 tahun sekali, lama
kehamilan 19-21 bulan dan hanya melahirkan 1 ekor anak dengan berat badan lebih
kurang 90 kg. Seekor anak gajah sumatra akan menyusu selama 2 tahun dan hidup
dalam pengasuhan selama 3 tahun.